SESEORANG DENGAN BABBY SYNDROOM
Para pembaca yang budiman, ini adalah sebuah pengalaman penulis yang tidak bisa terlupakan dimana kisah ini benar-benar sangat berarti untuk dirinya sendiri yang berhubungan dengan social problem solution. Selamat menyimak ceritanya....
Tolooong....tolooong....tolooongg!!! semua orang yang tingal di kontrakan panjang, riuh dan gaduh penuh dengan suara itu pada berhamburan keluar. Mereka saling berbisik, saling melihat namun juga dengan sigap mereka menghampiri satu petak pintu kontrakan itu, untuk saling dapat membantu menenangkan. Akupun yang saat itu bersama anakku Sofia,Salsa, Dzaky dan suamiku yang saat itu sedang pulang dari masa studinya di UGM Yogyakarta, saling bartatapan dan kaget mendengar dan melihat kejadian itu. Saat itu aku sedang menggendong sofia yang waktu itu masih berumur 4bulan. Lalu ia aku berikan ke suami untukdijaga, dan aku sendiri langsung keluar melihat apa yang terjadi. "Ada apa ini bu, kok rame-rame dan gelap begitu rumahnya", tanyaku dengan cemas.Banyak orang yang keluar masuk ke rumah petak itu.Tiba-tiba seorang ibu muda..."Ibu guru silahkan ibu aja deh yang masuk", katanya penuh khawatir dan muka ketakutan.Tanpa menunggu aku langsung masuk rumah petak itu. "Astaghfirulloh!!!!????", aku terkejut dan heran melihat ibu bayi itu.Apa yang terjadi para pembaca? Sungguh pemandangan yang sangat "mentrenyhuhkan" hatiku saat itu. "Ibu,apa yang terjadi? mengapa ibu tidak memakai baju seperti ini?", tanyaku sambil mengelus punggung dan pundaknya. "Saya capppeeek sekali, saya mau mati aja..., saya tidak pernah kemana-mana...., saya sering dipukuli suami saya...tolong saya bu....tolong sayaaaa...huuuu...uuuuu...."berontaknya dengan penuh hiba. "Janggaaan....jangan mendekat!!!!!!!!!" tiba-tiba ibu bayi itu berteriak. Akupun berhenti sejenak dan tertegun melihatnya. Dengan pelan aku dekati dia "Lihat saya bu,saya tidak membawa apa-apa" aku sempat mengangkat kedua tanganku untuk meyakinkannya.Kutanya lagi, "Ibu..., ibu tidak boleh berlaku seperti ini, ibu segera pakai bajunya ya..."dengan pelan ku bantu dia untuk memakai baju. Tiba-tiba "Pergiiiii... pergiiii.... semua...setannn semua...pergiii..." perempuan itu melempar semua orang kecuali aku. "Aku tidak mau dengan siapa-siapa, aku mau sama bu guru ini saja". teriaknya."Baik bu, tapi ibu tenang ya, saya bersama ibu kok..." bujuku denga pelan. "Tolong antar saya ke kamar mandi, saya mau membersihkan diri, saya masih pendarahan", pintanya. Ku bantu dia ke kamar mandi dan kutunggui dia didepan pintu kamar mandi."Byuuurrr.....bbyyyuuurrr.....bbbyyyuuuur...bbyyyuuuur" suara air itu seperti di buang- bang saja dan sepertinya bukan untuk digunakan membersihkan darahnya. Ku termenung sejenak. "Benarkah dia sebenarnya megalami pendarahan yaa??". tanpa sadar aku berbicara sendiri. Tanpa kusadari seorang perempuan masuk dan bertanya "Bu, bagaimana dia sedang apa di kamar mandi?". "Katanya sedang membersihkan diri, dan pendarahan"kujawab dengan apa adanya. Perempuan muda itu ternyata yang selama ini dekat dengan ibu bayi itu.Lalu dia memaggil ibu bayi itu dari luar kamar mandi. "Teteh, sedang apa kok lama banget sih,?' dan perempuan itu langsung membuka pintu kamar mandi untuk melihat keadaannya, lalu... "Perrggiii....pergiiii, keluar nggak!!" Nggak tau banget sihhhh, lihat nih...lihatt...aku sedang pendarahan!!!!!!!!!"teriak ibu bayi itu."Ah nggak gitu kok udah ayo keluar aja ya.." ajak perempuan itu. "Ngggakkk, aku ngggak mau sama kamu, aku mau sama bu guru itu aja..." pintanya.Dan perempuan yang sebagai teman dekatnya itu keluar. "Orang sebenarnya dia itu tidak pendarahan lagi kok bu," katanya menjelaskan. "Iya, berarti firasat saya benar, ternyata dia hanya buang-buang air saja" jawabku singkat kepada perempuan itu. "Bu, sudah belum...kok lama dikamar mandinya..." panggilku dari luar kamar mandi. "Iya...iya...bu" sahutnya dengan cepat. Tak beberapa lama kemudian ibu bayi itu keluar. "Bu, sekarang kan sudah mandi, jadi sekarang ibu makan ya", bujukku. "Makan ya??iya...iya...makan...saya lapar..saya tidak dikasih makan ...."katanya tergesa-gesa. Ibu bayi itupun makan dengan tergesa-gesa dan kasar sekali. Saya yakin pembaca, bahwa ibu itu melakukan semua itu di bawah alam sadarnya karena saya pun tidak percaya dengan itu semua.Saat itu....sambil menemani ibu itu makan, saya ajak bicara dia dengan tujuan untuk mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi dengannya. Tiba-tiba... "Can I eat?", kata ibu bayi itu. "Oh, sure...now Iam waiting for you, don't worry and take it easy,OK?, jawabku juga mengimbangi bahasanya.Memang ibu bayi itu bisa berbahasa Inggris. Dulunya, sebelum dia melahirkan, dia pernah mengajar les bahasa Inggris di rumahnya. Meskipun ilmunya dia punyai secara autodidak, mungkin memang bakat juga ya para pembaca...jadi hanya berbekal pernah kursus di lembaga bahasa Inggris, dia optimis dengan kemampuannya dalam mempraktekkan bahas Inggrisnya itu.Selain itu katanya dia juga sebenarnya pernah merasakan bangku kuliah pada semester satu saja.Para pembaca yang bijak...memang ibu itu sebenarnya anak orang kaya, namun keadaan ekonomi keluarganya yang berbeda jauh dengan saat dia masih gadis, membuatnya kadang menjadi stress. Kemungkinan karena dulunya terbiasa hidup berkecukupan bersama orang tuanya, sekarang ibu itu sudah menikah dan mempunyai kehidupan sendiri bersama suami yang bekerja sebagai guru lukis di lembaga privat, beserta empat anaknya yang masih kecil-kecil.Bisa terbayangkan para pembaca??....Silahkan para pembaca berpikir sejenak merenungi siratan cerita tadi...
Cerita selalnjutnya.....
Saat ibu bayi itu makan, dia terus menerus bicara sendiri dengan bahasa Inggris. Setelah ku yakin bahwa sebenarnya ibu bayi itu sedang tergangggu jiwa dan pikirannya, maka aku biarkan saja dia terus berbicara sendiri.Ku pandangi ibu bayi itu penuh makna,sambil kupijit pelan di saat dia makan, ku coba bertanya siapa saja nama anak-anaknya, suaminya, dan juga kutanyai tentang keluarga dari orangtuanya. Semua ini aku tanyakan dengan maksud siapa tahu dengan mengingatkan nama-nama itu menjadikan dia sadar. Tidak hanya itu saja, aku sengaja membaca Al-Qur'an, dan dia mengikuti membaca juga. Aku melakukan ini semua dengan mengharap agar ingatannya membaik.Tiba-tiba...."Maaf ya bu guru, bukannya tidak sopan, maaf tolong ambilkan balsem itu", pintanya dengan senyum. Ku ambil balsem di dekat kakinya lalu kuberikan balsem itu kepadanya.Tiba-tiba dia mengoleskan banyak balsem di seluruh mukanya."Masya Alloh...ibu tidak boleh seperti ini, ibu menganiaya diri ibu sendiri dan ini sangat di benci Alloh bu", dengan pelan ku ambil balsem itu dan juga piring yang tinggal biji cabe yang dia sisakan. "Bu, ini sudah selesai kan makannya". "Iya bu, terimakasih..." senyumnya dengan dibuat-buat. "Nah, sekarang ibu sudah kenyang bisa ibu memejamkan mata sebentar sambil membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang ibu hafal ya..." bujukku. Saat itu juga ibu bayi itu memejamkam mata dan komat-kamit mulutnya terlihat membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Dan saat itu juga aku mencoba mempraktekkan cara- cara yang pernah aku dapat dari seminar Samudra Hati tentang Quantum Ikhlas.Saat itu juga aku menterapi ibu bayi itu dengan konsentrasi dan penuh keikhlasan. Kira-kira lima belas menit aku melakukan itu, setelah ku lihat lagi, ibu itu tertidur sambil duduk. Saat itu juga aku keluar sebentar untuk melihat anaku sofia sudah tidur atau belum. Ternyata belum, dan masih di gendong suamiku. Beberapa lama kemudian, ada seorang bapak dan ibu sudah agak tua masuk dan berkata "Bu, maaf bisa tidak ibu membujuk dia untuk ikut bersama kami. "Kami petugas Rumah Panti Wreda yang biasa menangani ibu itu". pintanya sambil menjelaskan peristiwa yang dulu juga pernah dialami ibu bayi itu. Dan kata petugas itu, ibu bayi itu sudah tiga kali ini setiap melahirkan pasti terjadi peristiwa seperti itu lagi."Oya pak, bu...sebentar saya ajak bicara dia dulu ya, karena dia tidak mau berbicara dengan siapapun" jelasku saat itu. Tak beberapa lama kemudian aku masuk ke rumah ibu bayi itu... "Bu, sudah tidurnya?" Ibu itu baru membuka mata setelah beberapa saat aku tinggalkan dia sendiri dengan mata terpejam. Mungkin saat itu pikiran dan hatinya lelah. "Bu guru, saya kok merasa enakan ya setelah tadi kepala saya dipegang dan dibacain ibu", ucapnya dengan tatatpan tajam. "Alhamdulillah kalau begitu bu, naah..sekarang kalau sudah enak, yuuk ikut saya jalan-jalan ya bu" bujukku saat itu."Waaah, bennneeer ni bu...yaa...yaaa...saya mau..saya kan nggak pernah jalan-jalan...kemana kita bu...". "Tapi saya tidak punya uang bu..." katanya memelas. "Yenang saja bu, jalan-jalan kita memang tidak perlu memakai uang, kita hanya jalan-jalan menghilangkan kepenatan kita saja kok". "Hiiii....hiii...Ooyy...aku jalan-jalan dulu sama bu guru ya..." sambil riang gembira ibu itu meninggalkan semua orang, keluarga, bahkan anak-anaknya termasuk si bayi yang baru berumur lima hari itu. Kerumunan akan peristiwa itupun reda saat kami masuk ke mobil yang sudah di siapkan oleh petugas Panti Wredha tersebut. "bu, itu siapa kok ada laki-laki...saya tidak mau dekat sopir itu, dia jahat saya tidak mau diperkosa dan disakiti....tidak mau ah...", katanya dengan dengan ketakutan. "Ibu, tenang...tenang..dia orang baik yang menjadi sopir kita untuk jalan-jalan", jelasku dengan penuh makna. Lalu kamipun masuk mobil. Di tengah perjalanan menuju Panti Wredha, akupun berpikir agaimana nanti setelah sampai di tempat yang tidak di inginkannya itu justru dia akan kabur dan berontak atau... ah...bagaimana yaa...
Akhirnya, "Bu kita sedang jalan-jalan ya... dan saat ibu bersama saya, ibu harus mematuhi aturan main yang ada. Karena kita pun juga ada permainan disana nanti". Saat itu perjalanan kami sudah mendekati "Rumah Sakitnya". "Bu, kita sudah semakin dekat dengan tujuan kita, dan ibu ikuti aba-aba saya ya..". "Satu...dua...tiga...ya, ibu boleh tutup mata dan jangan membuka mata sebelum ada aba-aba dari saya". Bersamaan dengan permainan itu, maka sampai juga perjalanan kami ke tempat itu. "Bu, silahkan angkat kaki tetapi mata tetap tertutup dan saya akan memapah ibu ke tempat permainan kita ya", bujuku dengan meyakinkannya. Setelah kami sampai di kamar yang sudah disediakan leh petugas, aku dudukkan ibu bayi itu sambil..."Bu, kita sudah selesai permainannya dan ibu boleh buka mata dan ucapkan Alhamdulillah ya...". "Iya...iya...Allhammmdulillaaahhhh..." serunya dengan polos."Lho saya kok berada di kamar ini???ini kan kamarku dulu...", ucapnya sambil memandangi kamar itu.Waaah..jangan-jangan ibu itu marah dan merasa di bohongi sama saya ya...Tiba-tiba... "Ibu guru, terimakasih sudah mengajak saya main dan jalan-jalan ya..". Lho??? Ahh...Alhammdulillah ternyata ibu itu tidak berontak dan tidak merasa tertipu atas cara saya membujukknya untuk berada lagi dalam "Rumah Tahanannya". Begitulah para pembaca, akhir dari cerita saya yang mana semua itu saya lakukan dengan ikhlas dan dengan niat membantu permasalah tersebut. Saya tidak tahu mengapa saya dapat melakukan itu semua dengan spontan dan tanpa skenario. Setelah peristiwa itu, ibu muda itupun tberada selama dua minggu lebih untuk menjalani masa penyembuhan. Biasanya dalam seminggu sekali ibu bayi itu ditangani sebanyak dua kali oleh psikolog panti wredha tersebu, selain itu juga ibu itu diberi obat penenang.Para pembaca....setelah dua mingu ibu itu tinggal disana, akhirnya dia bisa pulang dan berkumpul kembali bersama keluarganya.Dan sepulang dari rumah panti wredha itu, ibu bayi itu harus kontrol lagi. Satu minggu dia berada dikontrakannya, tatapan matanya masih kosong. Ibu itu tingkahnya masih agak aneh, dan nada bicaranya tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi karena kontinyu dia terus kontrol, lama-kelamaan ibu itu pada akhirnya total sembuh dan pulih seperti semula. Alhamdulillah ya para pembaca.... begitulah pembaca yang budiman, semua itu adalah permasalahan sosial yang bisa saja terjadi ditengah himpitan ekonomi khalayak umum yang terjadi pada siapapun dan dimanapun. Dan permasalahan itu yang menjadi daya tarik saya karena berhubungan dengan psikologi masyarakat dan psikologi individu itu sendiri.Berkaitan dengan peristiwa itu, kondisi setiap ibu pasca melahirkan, pasti akan mengalami apa yang di sebut babby syndroom. Tetapi kondisi ini memang berbeda-beda tingkatannya. Ada yang ringan dan ada juga yang parah. Sayapun juga sudah tiga kali melahirkan dan mengalami hal yang seperti itu. Namun Alhamdulillah yang saya alami hanya waktu itu merasa sedih yang amat sangat dan ingin selalu diperhatikan namun juga ada perasaan bersalah.Namun apa penyebabnya saya sendiri tidak tahu. Dan peristiwa babby syndroom itu tidak lama, bisa juga hanya satu minggu, dan sama seperti yang pernah saya alami. Mudah-mudahan kepada ibu siapapun yang pasca melahirkan tidak parah saat terjadi secara alami peristiwa babby syndroom itu yang memang adanya tanpa kita sadari namun juga pasti semua akan hilang sendiri perasaan itu.Terimakasih semua...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar